TUGAS DASAR-DASAR JURNALISTIK

TUGAS DASAR-DASAR JURNALISTIK

  1. BERITA LANGSUNG

TIM PENILAI LOMBA DESA KABUPATEN KUNJUNGI KRAJAN HARI INI

KRAJAN, SABTU—Sebanyak 8 orang yang tergabung dalam Tim Evaluasi Pemberdayaan Masyarakat Desa mengunjungi desa Krajan hari ini (19/4) dalam rangka penilaian lomba desa antar kecamatan se-kabupaten Sukoharjo. Rombongan yang dipimpin oleh Kepala Pemerintahan Kabupaten Sukoharjo, Drs. Sutarno itu disertai 7 orang penilai lainnya yang bertugas menilai sesuai dfngan bidang masing-masing. “Ada 8 orang penilai, termasuk Kepala Pemerintahan Kabupaten Sukoharjo yang bertugas menilai sesuai bidang masing-masing, diantaranya ada penilai bidang pendidikan, keamanan, kepemerintahan dan PKK,” kata Bayan desa Krajan.

Penilaian ini dilakukan dalam rangka lomba pemilihan desa terbaik yang diselenggarakan setiap tahun oleh Pemerintah Kabupaten Sukoharjo sejak 10 tahun yang lalu. Hal-hal yang dinilai diantaranya kebersihan lingkungan, administrasi desa dan kesenian. Desa Krajan sendiri menampilkan beberapa macam kesenian, diantaranya kesenian pembuatan blankon aolo dan keris, pameran lukisan dan pakaian jawa, serta kesenian reog yang seluruhnya dilakukan oleh warga desa Krajan.

Walaupun berlomba mewakili kecamatan Gatak, dana yang dipakai untuk memperbaiki desa berasal dari ADD desa Krajan sendiri. ”Dana berasal dari desa dan kalau menang nanti hadiah akan menjadi milik desa karna kecanatan hanya memberikan penyuluhan dan pembinaan dan tidak ikut serta mengeluarkan dana perbaikan desa,” kata Bayan desa Krajan.

Hadiah yang diperebutkan kali ini cukup besar, sebanyak 50 juta rupiah diperebutkan oleh 12 desa perwakilan masing-masing kecamatan dan akan diberikan untuk desa terbaik.

Bayan desa Krajan mengaku optimis akan kemenangan desa Krajan. ”Kita sedah melakukannya dengan sungguh-sungguh, kemajuan sudah terlihat sejak desa diperbaiki dan kita menampilkan kesenian yang cukup beragam,” katanya.

HUJAN LEBAT, TOWER FSSR UNS AMBRUK

SOLO, JUM’AT—Sebuah tower setinggi 15 meter di Fakultas Sastra dan Seni Rupa (FSSR) UNS ambruk pada Jum’at (2/5) lalu lantaran hujan yang sangat lebat disertai angin kencang mengguyur kota Solo.

Tower yang berfungsi sebagai tower radio itu ambruk dan mengenai atap lantai dua gedung III FSSR UNS. Beruntung, sebuah mobil yang terparkir didepan gedung tidak tergores sedikitpun, padahal mobil itu hanya berada sekitar 30 cm dari tower yang ambruk.

Menurut satpam gedung III FSSR UNS, pak Mujiyono, tidak ada saksi mata yang melihat secara langsung kejadian tersebut. “Waktu itu kan sore hari dan hujan sangat lebat, jadi orang-orang lebih memilih berada didalam ruangan,” katanya.

Pada saat kejadian, para mahasiswapun sedang berada dalam perkuliahan. Mahda, 19 tahun, mengaku hanya mendengar dentuman keras. ”Waktu itu kan kita lagi di laboratoriun bahasa di lantai tiga gedung satu, tiba-tiba ada dentuman keras dan listrik lansung mati, pas keluar, tower sudah ambruk,” katanya.

Beruntung tidak ada korban jiwa dan kerugian serius akibat kejadian itu, hanya beberapa genteng pecah dan tower yang tidak dapat dipakai lagi.

  1. BERITA RINGAN

SATE BEKICOT: MURAH, NIKMAT DAN BERKHASIAT

Bekicot yang dianggap menjijikkan bagi sebagian orang ternyata mempunyai khasiat yang berguna bagi tubuh. Sate bekicot yang banyak diproduksi warga desa Krajan, kecamatan Gatak, kabupaten Sukoharjo banyak diminati orang karna khasiat dan rasanya yang nikmat. ”Rasanya enak, gurih, pedes dan manis, nikmatlah pokoknya,” kata Ragil, 23 tahun, seorang penikmat bekicot.

Banyak orang percaya bahwa sate bekicot dapat menyembuhkan luka pada kulit dan gatal-gatal, walaupun belum dibuktikan secara ilmiah. Dedi, 19 tahun, telah membuktikannya. Beberapa hari setelah ia dikhitan sekitar 10 tahun yang lalu, ia mengkonsumsi sate bekicot dan lukanya sembuh 10 hari lebih cepat.

Bekicot yang menjadi bahan pokok pembuatan sate tidak diternakkan oleh para pembuatnya. Mereka hanya membeli dari orang-orang yang memburu bekicot disawah-sawah dan ladang-ladang. Apa yang membuat sate bekicot sangat disukai para penikmatnya? Ibu Painem,54 tahun, seorang pembuat sate bekicot mengatakan bahwa bumbu yang dipakai berperan penting dalam membuat sate bekicot menjadi nikmat. ”Bumbunya banyak dan beragam,” katanya. Bahan-bahan yang dipakai sebagai bumbu antara lain, merica, bawang merah, bawang putih, garam, jahe, cabe dan penyedap rasa dan agar rasanya manis, ditambahkan pula kecap.

Ibu Painem mengatakan proses pembuatan sate bekicot sangat mudah dan sederhana, hal paling penting yang sangat dijaga dan diperhatikan adalah kebersihannya. ”Setelah bekicot direbus dan dipisahkan dari cangkangnya, bekicot harus dicuci hingga benar-benar bersih, kemudian direbus lagi agar daging sate yang dihasilkan nanti kesat dan nikmat,” katanya.

WEDANG SERAI, MINUMAN DESA PENGHANGAT TUBUH

Wedang serai, minuman hangat yang banyak dikonsumsi masyarakat didesa-desa ini sebenarnya masih jarang ditenukan diwarung, tapi minuman ini benar-benar telah memasyarakat terutama bagi mereka yang hidup didesa. Wedang serai dapat menghangatkan badan dan berkhasiat sebagai pengusir kembung. Bahan-bahan yang digunakan untukmembuat wedang serai antara lain, serai, sedikit jahe,gula jawa sebagai pemanis, sedikit garam dam sedikit vanili sebagai pemantap, serta air panas.

Walaupun sudah terdapat berbagai macam minuman penghangat tubuh dan obat anti kembung, wedang serai masuh tetap mendapat tempat dihati para penikmatnya. Wedang serai banyak dinikmati warga pada malam hari dipos-pos ronda atau dinikmati pada pengajian-pengajian desa.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Dasar-Dasar Jurnalistik

I Observasi Lapangan
1. Petani
Sekarang adalah masa pengolahan kembali tanah persawahan setelah selesai masa pemanenan padi. Ada petani yang masih sibuk mengeringkan gabah di halaman rumah, tapi sudah banyak pula yang mulai membajak sawah mereka.
Seorang petani terlihat membajak sawah dengan alat tradisional, berbentuk batang-batang kayu yang dikaitkan dan fi kanan-kirinya ditempatkan dua ekor kerbau. Petani berjalan dibelakang dua ekor kerbaunya sambil sesekali mencambukkan cambuknya ke punggung kerbau. Kerbau-kerbau itu berjalan mengikuti arah yang ditentukan petani sambil menggerakkan ekornya kekiri dan kekanan. Mereka berjalan mengelilingi area persawahan dari bagian luar petak sawah ke bagian dalam. Mereka baru mencapai sekitar dua meter dari bagian luar sawah. Tampaknya masih banyak pekerjaan yang harus dikerjakan.
Si petani memakai sepotong kemeja biru, celana hitam pendek dan sebuah topi anyaman dari bambu yang berbentuk seperti caping. Ia berdiri ditengah sepetak sawah yang masih ditumbuhi batang-batang tanaman padi yang sudah terpotong bagian atasnya. Ia berjalan dibelakang kerbau, tangan kirinya memegangi sebatang kayu (alat yang digunakan untuk membajak) dan tangan kanannya memegang cambuk. Ia terlihat agak kesulitan mengatur dua kerbaunya yang sdeang makan rumput dipinggiran sawah. Ia berkali-kali mencambukkan cambuk di tangannya ke arah tubuh si kerbau.
Suasana area persawahan sangat tenang tapi ramai. Pra petani tampak sibuk bekerja di sawah masing-masing. Mereka tampak berkonsentrasi denagn pekerjaan mereka dan sama sekali tridak mempedulikan suara-suara bising disekelilingnya, seperti suara diesel yang sangat keras, suara mesin kendaraan yang berlalu-lalang di jalan kecil dekat are persawahan, suara petani lain yang membajak sawah dengan traktor, suara petani yang ramai menghalau burung, suara burung-burung berkicauan, juga suara angin yang membuat batang-batang pohon bambu bergesekkan. Semua suara yang ramai itu tidak mengganggu para petani yang sedang bekerja.
Ada banyak petani yang sedang bekerja di area persawahan disini. Beberapa petani sedang mencangkul, ada yang menghalau burung, ada yang mencari rumput disawah yang belum dibajak, ada yang mengeringkan gabah, ada yang membajak dengan traktor, ada pula ibu tani yang sedang angon bebek disekitar sawah. Bebek-bebek itu berbaris rapi diatas galengan diikuti pemiliknya dibelakangnya.
Para petani biasanya tinggal beberapa ratus meter dari sawah mereka. Oleh karena itu, mereka biasa menaiki sepeda kesawah. Ini karena, di galengan-galengan terlihat ada sepeda dan rantang makanan yang mungkin akan mereka buka pada tengah hari nanti.

2. Pedagang Kaki Lima.
Ada banyaknsekali pedagang kaki lima di depan terminal Babadan, Daleman ini. Mereka biasa berjualan pada sore hari seperti ini. Mereka menjual berbagai macam dagangan (biasanya makanan) yang mereka bawa dengan gerobak.
Seorang pedagang Gethuk Lindri terlihat sudah siap melayani para pembeli. Sebuah gerobak roda dua berisi dagangannya yang diletakkan diatas nampan dan dilindungi tirai agar tidak terkena debu telah siap dihadapannya. Ia duduk diatas bangku kecil agak panjang dibelakang gerobaknya sambil sesekali memarut kelapa sebagai campuran Gethuk Lindrinya. Selain Gethuk Lindri, ia juga menjual Cenil dan Klepon dari gandum. Seorang pembeli datang dan penjual langsung melayaninya, memasukkan makanan-makanan yang dibeli kedalam kertas minyak yang dilapisi kertas buram, kemudian membungkusnya.
Suasana tempat berdagang ini sangat ramai, karena berada tepat didepan terminal dan disamping pasar. Orang-orang berlalu-lalang baik berjalan kaki maupun mengendarai kendaraan roda dua dan roda empat. Mereka berbincang-bincang sangat ramai di tempat ini.

II Wawancara Lapangan
1. Tukang Becak
Pak Waluyo, 55 tahun, seorang tukang becak yang mangkal di Gemblegan telah menjalani profesinya selama puluhan tahun. Sebelumnya, ia pernah bekerja sebagai kuli di sebuah tempat penggilingan padi ketika ia masih lebih muda. Tapi karena usia yang kian senja, ia sudah tidak cukup kuat lagi untuk menjadi seorang kuli. Walaupun menjadi tukang becak memerlukan fisik yang kuat juga, tapi ini lebih baik karena ia lebih merasa merdeka, tidak ada yang memerintahnya seperti saat ia menjadi kuli. Sekarang, jika ia sudah kelelahan narik becak, ia bisa beristirahat sesuka hatinya, tidak ada yang melarangnya.
Alasan lain mengapa ia memilih pekerjaan ini adalah karena pendidikannya yang rendah. Pak Waluyo hanya bersekolah hingga kelas lima sekolah dasar, sehingga tidak banyak pekerjaan yang bisa dipilihnya.
Pak Waluyo menyukai pekerjaannya, karena itulah pekerjaan yang terbaik baginya. Ia memiliki tiga orang pelanggan yang menaiki becaknya setiap hari, jadi ia selalu membawa uang setiap pulang kerumah.
Pak Waluyo tidak bercita-cita untuk mempunyai pekerjaan yang lebih baik karena menyadari tidak banyak pekerjaan yang bisa dipilih. Ia menyukai pekerjaannya dan sangat bersyukur bahwa ia mempunyai pekerjaan dan masih dapat bekerja hingga saat ini.

2. Pedagang di Pasar.
Ibu Sumiyem, 53 tahun, seorang pedagang daun pisang, sayur dan buah di sebelah barat daya pasar Danusuman, Gemblegan, hanya pernah mengenyam pendidikan selama satu bulan di sekolah dasar. Itu dikarenakan sejak kecil, ia sudah harus momong keponakannya sehingga ia tidak punya waktu untuk belajar. Lagipula orangtuanya tidak tinggal bersamanya sehingga ia tidak mendapat dorongan dari orangtua dan keadaan ekonomi yang pas-pasan merupakan faktor utama yang membuatnya tidak melanjutkan sekolah.
Karena tidak berpendidikan tinggi itulah ibu Sumiyem memilih menjadi pedagang di pasar. Ia menyukai pekerjaannya dan sangat bersyukur bahwa orang tidak berpendidikan seperti dia masih dapat bekerja dan menghidupi diri dan keluarganya.
Ibu Sumiyem tidak pernah mengharapkan sesuatu yang lebih atau memikirkan akan berganti pekerjaan.
" Wong sekolah aja ndak, kok, mbak, mau kerja apa lagi? ini saja sudah bagus, saya masih bisa pegang uang, kalau mau kerja di pabrik, misalnya, kan harus bisa baca tulis juga, lha darimana saya bisa baca tulis?" katanya.
Bagi ibu Sumiyem, pekerjaan inilah yang terbaik untuknya.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Kusdiyah Utami

Belle et gentile
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS